Sunday, August 2, 2020

Weekly Cerpen: Jambu di Balik Bukit


“Chalis, besok jangan lupa ke lapangan ya!” ucapku kepada sahabatku sesame kambing, Chalis.

“Oke Kap. Kamu juga jangan lupa ya” Chalis pun membalasku dengan suara lantang sambil berlari tanpa menengok ke belakang sama sekali.

Namaku adalah Kapra. Aku tinggal bersama kedua orang tuaku di hutan dekat dengan sungai. Kami tinggal bersama kambing-kambing lainnya disana, membentuk kawanan.

Sahabatku Chalis tinggal bersama kawanan kambing yang berada di hutan bagian dalam. Yah, walaupun dekat dengan tempat ku tinggal. Kami biasa saling mengunjungi tempat tinggal masing-masing. 


Terkadang aku mengunjunginya saat ia sedang menikmati rumput ditempatnya tinggal, terkadang sahabatku itu datang berkunjung saat aku sedang minum disungai. Dan saat ia memergokiku sedang minum disungai, pasti dia sengaja mendorongku hingga jatuh ke sungai sambil menertawakanku, menyebalkan.

Walau begitu, kami tetap bersahabat baik dan sering bermain bersama di lapangan. Tempat yang kami sebut lapangan itu, merupakan padang rumput kecil di suatu bagian hutan tempat hewan-hewan lain yang sepantaran kami bermain.

Di lapangan itu kami bertemu Goku si Monyet, Suri si Babi Hutan, dan Hisan si Kuda. Kami berlima biasa bermain kejar-kejaran, petak umpat dan permainan lainnya. Permainan yang kusuka adalah saat bermain menangkap kupu-kupu yang sulit sekali namun menyenangkan.
Ibuku pun selalu menungguku kepulangan ku di rumah. Sesampainya dirumah, ibu selalu memelukku dengan melingkarkan lehernya kepadaku lalu ayah juga memeluk kami bertiga.

“Kamu sudah makan?” tanya ibuku setelah ia melepaskan pelukannya

“Tadi aku belum sempat makan sehabis bermain,” jawabku

“Ya sudah, kamu cuci mukamu dulu abis itu makan,” kata ayahku

“Baik, ayah” aku pun menerima saran ayah.

Hari itupun berakhir.

Keesokan harinya aku pun kembali ke lapangan untuk bermain, tak lupa pula aku pamit ke kedua orang tuaku

“Ayah, Ibu, aku main dulu,”

“Ya, hati-hati ya nak,” balas ayah

“Tunggu Kapra,” panggil ibuku dengan suara agak keras

“Ada apa bu?” tanyaku kebingungan melihat wajah ibuku yang terlihat khawatir

“Jangan main terlalu jauh ya,” pinta ibuku yang semakin lihat tampak khawatir

“Kamu kenapa bu?” ayah ikut terlihat khawatir melihat raut wajah ibu

“Bukan apa-apa, yah. Hari ini entah kenapa aku sedikit cemas,” jawab ibuku kepada ayah

“Tidak apa apa, yah, bu. Aku tidak akan main jauh-jauh, hanya kelapangan saja,” ucapku menangkan ibu

“Baiklah, hati-hati ya saying. Ingat jangan melewati bukit disana,” pinta ibu sambi memperlihatkan wajah yang sedikit lega

“Baik bu” balasku lalu segera berlari menuju lapangan.

Setibanya dilapangan, aku sudah ditunggu oleh Chalis, Suri, dan Hisan.

“Hai, Chalis, Suri, Hisan. Kalian sudah dating?” salamku ke mereka, “Dimana Goku?” tanyaku sambil melihat sekeliling tanam.

“Goku katanya mau pergi ke suatu tempat,” sahut Suri, “dia akan menyusul kesini”

“Baiklah,” kataku, “hari ini mau main apa?”

 “Karena Goku tidak ada, bagaimana kalau petak umpet?” saran Chalis

“Oke” ucapku berbasamaan dengan Hisan dan Suri. Pertemuan hari itu pun dimulai dengan petak umpet dengan Suri giliran jaga pertama karena kalah suit.

Saat kami masih bermain dan tinggal Chalis yang belum ditemukan, Goku pun datang sambil terlihat terengah-engah.

“Teman-teman lihat yang kutemukan!” ucapnya sambil bersemangat.

“Apa itu Goku?” tanya Hisan penasaran, “Jambu?”

“Aku menemukan buah jambu yang rasanya manis sekali,” Goku menyampaikan dengan gembira, “dicoba saja.” Kami bertiga pun mencobanya dan memang rasanya sangat manis. Berbeda dengan buah jambu lainnya.

“Hei aku mau coba juga,” teriak Chalis dari dalam hutan menghampiri kami. “Wah, jambu apa ini? Manis sekali. Dimana kau menemukannya?” teriak Chalis setelah mencobanya

“He he, aku menemukan harta karun itu dipohon dibalik bukit,” Goku menyombongkan diri.
“Bukannya kita tidak boleh kesana?” tanya ku terkejut

“Eh, aku terkadang bersama saudara-saudaraku pergi ke sana,” katanya kebingungan mendengar pertanyaanku, “kemarin, kakakku membawa buah jambu yang ia temukan dibalik sana dan mengajakku hari ini untuk mengambil lebih banyak” jelasnya

“Bagaimana kalau kau menuntun kami ke pohon itu? Kita bisa mengambil buah jambunya lebih banyak lagi,” saran Suri

“Ide mu bagus juga Sur,” sahut Hisan, “Aku juga ingin ikut ke sana,”

“Aku juga,” Chalis pun ikut menyahut, “aku ingin makan lebih banyak lagi,” katanya dengan gembira.

“Bagaimana Kapra? Kau mau ikut?” tanya Goku

“Emmm…” 

“Tenang saja, aku tahu jalan nya kok. Aman” Goku berusaha meyakinkan ku.

“Emm…”

“Baiklah, kalau kau tidak mau ikut. Kami pergi dulu ya,” Goku pun menyerah mengajakku dan melangkah pergi. “Ayo teman-teman” lanjutnya

“Ayo kita pergi,” Chalis menyahut, “Kami pergi dulu ya, Kap”
Mereka pun pergi meninggalkanku menuju bukit.

“Hei tunggu aku,” aku pun berteriak sambil berlari menyusul. Terpaksa ikut bersama mereka.

To be continued…

No comments:

Post a Comment