“Chalis, besok jangan lupa ke lapangan ya!” ucapku
kepada sahabatku sesame kambing, Chalis.
“Oke Kap. Kamu juga jangan lupa ya” Chalis pun
membalasku dengan suara lantang sambil berlari tanpa menengok ke belakang sama
sekali.
Namaku adalah Kapra. Aku tinggal bersama kedua orang
tuaku di hutan dekat dengan sungai. Kami tinggal bersama kambing-kambing
lainnya disana, membentuk kawanan.
Sahabatku Chalis tinggal bersama kawanan kambing yang
berada di hutan bagian dalam. Yah, walaupun dekat dengan tempat ku tinggal.
Kami biasa saling mengunjungi tempat tinggal masing-masing.
Terkadang aku mengunjunginya saat ia sedang menikmati
rumput ditempatnya tinggal, terkadang sahabatku itu datang berkunjung saat aku
sedang minum disungai. Dan saat ia memergokiku sedang minum disungai, pasti dia
sengaja mendorongku hingga jatuh ke sungai sambil menertawakanku, menyebalkan.
Walau begitu, kami tetap bersahabat baik dan sering
bermain bersama di lapangan. Tempat yang kami sebut lapangan itu, merupakan padang
rumput kecil di suatu bagian hutan tempat hewan-hewan lain yang sepantaran kami
bermain.
Di lapangan itu kami bertemu Goku si Monyet, Suri si
Babi Hutan, dan Hisan si Kuda. Kami berlima biasa bermain kejar-kejaran, petak
umpat dan permainan lainnya. Permainan yang kusuka adalah saat bermain
menangkap kupu-kupu yang sulit sekali namun menyenangkan.
Ibuku pun selalu menungguku kepulangan ku di rumah.
Sesampainya dirumah, ibu selalu memelukku dengan melingkarkan lehernya kepadaku
lalu ayah juga memeluk kami bertiga.
“Kamu sudah makan?” tanya ibuku setelah ia melepaskan
pelukannya
“Tadi aku belum sempat makan sehabis bermain,” jawabku
“Ya sudah, kamu cuci mukamu dulu abis itu makan,” kata
ayahku
“Baik, ayah” aku pun menerima saran ayah.
Hari itupun berakhir.
Keesokan harinya aku pun kembali ke lapangan untuk
bermain, tak lupa pula aku pamit ke kedua orang tuaku
“Ayah, Ibu, aku main dulu,”
“Ya, hati-hati ya nak,” balas ayah
“Tunggu Kapra,” panggil ibuku dengan suara agak keras
“Ada apa bu?” tanyaku kebingungan melihat wajah ibuku
yang terlihat khawatir
“Jangan main terlalu jauh ya,” pinta ibuku yang
semakin lihat tampak khawatir
“Kamu kenapa bu?” ayah ikut terlihat khawatir melihat
raut wajah ibu
“Bukan apa-apa, yah. Hari ini entah kenapa aku sedikit
cemas,” jawab ibuku kepada ayah
“Tidak apa apa, yah, bu. Aku tidak akan main
jauh-jauh, hanya kelapangan saja,” ucapku menangkan ibu
“Baiklah, hati-hati ya saying. Ingat jangan melewati
bukit disana,” pinta ibu sambi memperlihatkan wajah yang sedikit lega
“Baik bu” balasku lalu segera berlari menuju lapangan.
Setibanya dilapangan, aku sudah ditunggu oleh Chalis,
Suri, dan Hisan.
“Hai, Chalis, Suri, Hisan. Kalian sudah dating?”
salamku ke mereka, “Dimana Goku?” tanyaku sambil melihat sekeliling tanam.
“Goku katanya mau pergi ke suatu tempat,” sahut Suri,
“dia akan menyusul kesini”
“Baiklah,” kataku, “hari ini mau main apa?”
“Karena Goku tidak ada, bagaimana kalau petak umpet?”
saran Chalis
“Oke” ucapku berbasamaan dengan Hisan dan Suri.
Pertemuan hari itu pun dimulai dengan petak umpet dengan Suri giliran jaga
pertama karena kalah suit.
Saat kami masih bermain dan tinggal Chalis yang belum
ditemukan, Goku pun datang sambil terlihat terengah-engah.
“Teman-teman lihat yang kutemukan!” ucapnya sambil
bersemangat.
“Apa itu Goku?” tanya Hisan penasaran, “Jambu?”
“Aku menemukan buah jambu yang rasanya manis sekali,”
Goku menyampaikan dengan gembira, “dicoba saja.” Kami bertiga pun mencobanya
dan memang rasanya sangat manis. Berbeda dengan buah jambu lainnya.
“Hei aku mau coba juga,” teriak Chalis dari dalam
hutan menghampiri kami. “Wah, jambu apa ini? Manis sekali. Dimana kau
menemukannya?” teriak Chalis setelah mencobanya
“He he, aku menemukan harta karun itu dipohon dibalik bukit,”
Goku menyombongkan diri.
“Bukannya kita tidak boleh kesana?” tanya ku terkejut
“Eh, aku terkadang bersama saudara-saudaraku pergi ke
sana,” katanya kebingungan mendengar pertanyaanku, “kemarin, kakakku membawa
buah jambu yang ia temukan dibalik sana dan mengajakku hari ini untuk mengambil
lebih banyak” jelasnya
“Bagaimana kalau kau menuntun kami ke pohon itu? Kita
bisa mengambil buah jambunya lebih banyak lagi,” saran Suri
“Ide mu bagus juga Sur,” sahut Hisan, “Aku juga ingin
ikut ke sana,”
“Aku juga,” Chalis pun ikut menyahut, “aku ingin makan
lebih banyak lagi,” katanya dengan gembira.
“Bagaimana Kapra? Kau mau ikut?” tanya Goku
“Emmm…”
“Tenang saja, aku tahu jalan nya kok. Aman” Goku
berusaha meyakinkan ku.
“Emm…”
“Baiklah, kalau kau tidak mau ikut. Kami pergi dulu
ya,” Goku pun menyerah mengajakku dan melangkah pergi. “Ayo teman-teman”
lanjutnya
“Ayo kita pergi,” Chalis menyahut, “Kami pergi dulu
ya, Kap”
Mereka pun pergi meninggalkanku menuju bukit.
“Hei tunggu aku,” aku pun berteriak sambil berlari
menyusul. Terpaksa ikut bersama mereka.
To be continued…
No comments:
Post a Comment